Senin, 13 September 2010

Nikon D200 review


NIKON D 200
by: Bony

Salah satu dari jajaran kamera semi professional yang dikenalkan oleh Nikon pada November 2005. Cukup berumur memang, mengingat perkembangan teknologi kamera digital cukup pesat belakangan ini, coba tengok teknologi kamera terkini yang menyajikan gambar hampir tanpa noise (artifak sinyal digital yang menyebabkan efek kasar dan hilangnya detail pada gambar, terutama pada ISO tinggi), maupun perlombaan megapixel yang sudah menyentuh angka 25 MP, suatu ukuran yang fantastis mengingat angka 5 MP pun sudah cukup bagus untuk dicetak ukuran postcard. 25 MP saja cukup berlebih untuk gambar pada baliho super dupper besar seperti iklan2 di jalanan protokol ibukota.

Saya mendapatkan kamera ini dari salah satu forum terbesar di jagat m
aya Indonesia yaitu kaskus (www.kaskus.us), pada awal tahun 2010, untuk menggantikan kamera SLR pertama saya yang tidak kalah uzur (umur 5 tahun di dunia perkameraan sudah cukup untuk dikatakan uzur) yaitu Olympus Evolt-500 -akan saya bahas pada pembahasan tersendiri- setelah berbagai pertimbangan fitur, hasil, serta kondisi kantong, dan sholat Istikhoroh maka saya memutuskan membeli kamera ini, suatu keputusan yang tidak saya sesali kemudian hari.

Pembahasan teknis mengenai kamera ini silahkan search di situs-situs lain, sudah cukup banyak yang mereview secar
a teknis kamera ini, (http://www.kenrockwell.com/nikon/d200.htm atau http://www.dpreview.com/reviews/nikond200/ ), saya hanya akan me-review secara pengalaman pribadi saja. :)

Pertama saya memegang kamera ini, bodi kamera terasa solid, karena memang terbuat dari magnesium alloy dan memiliki weather seal yang menjaga kamera dari percikan air dan debu, sehingga memastikan kinerja yang optimal dari kamera itu sendiri. karet grip yang mulai memudar sebagai ciri khas kamera yang cukup berumur, shutter yang masih empuk (roti kalee... empuk) meski sudah diangka 50.000, namun shutter kamera ini telah diuji sebanyak 150.000 kali oleh pabrikannya sehingga saya masih merasa aman dengan angka itu. Namun yang karet grip itu sendiri bermasalah pada perekatannya dengan body, sehingga karet kadang kendor bila sering ditumpangi oleh lensa-lensa heboh (macam 70-200 f/2.8 atau 80-200 mm f/2.8), punya saya sendiri kendor di bagian jempol dan karet bagian bawah body, namun dapat diakalin dengan lem Altec* (bukan lem biru = lempar beli baru).

Lensa pertama yang saya coba adalah lensa jadul Nikkor 50 mm f/1.8 yang dikasih ama yang jual kamera karena kasihan liat saya COD ama dia dengan naik berbagai macam angkutan umum dengan muka parah karena peluh dan debu, hahaha lebay. hasil cukup bagus meski kontras sangat kurang :'( selidik punya selidik ternyata lensa itu berjamur parah tak terselamatkan, (dalam hati pantes aja dikasih gratis hahaha)

akhirnya saya beli lensa baru tapi bekas, eh, bekas tapi baru, sama aja ding. yaitu Nikkor AF-D 28-85 mm f/3.5-4.5, jadul tapi berkualitas, ternyata hasilnya luar biasa tajam, terharu juga akhirnya bisa mendapat hasil yang diharapkan... hahaha! lumayan juga untuk kamera yang dapet di harga mahasiswa kualitas luar biasa (cuman 1,2 juta cing) Alhamdulillah.

Conclusion
Kamera ini cukup baik untuk range harga yang tidak terlalu mahal namun kualitas cukup memuaskan, kamera ini masih jadi incaran para fotografer muda yang bosan dengan kamera entry level mereka namun belum cukup uang untuk beli kamera semi pro SLR yang baru, dengan 10 MP cukup memuaskan kebutuhan para fotografer muda. kualitas body dan hasil yang memuaskan sesuai dengan harganya yang masih dikisaran 6 jutaan bekas (udah dis-continue).

** RECOMMENDED **






1 komentar:

Unknown mengatakan...

Ada trick & Tips untuk setting pic control nikon d200 nya gan. mksh bnyak